Judul Buku : Seni Mencintai
Penulis : Erich Fromm
Penerbit : BASABASI (Cetakan Pertama, Januari 2018)
Ketebalan : 192 halaman (14 x 20 cm)
Akhirnya selesai juga saya membaca buku ini. Awalnya saya sering melihat toko buku online mengiklankan buku ini di instagram. Beberapa kali melihat iklannya, saya belum tertarik membeli karena saya pikir isinya bakal klise seperti tulisan-tulisan umum tentang cinta. Tetapi kemudian, dalam salah satu iklan, saya membaca tulisan di belakang buku ini. Kalimat awalnya berbunyi, “Membaca buku ini akan menjadi pengamalan mengecewakan bagi siapapun yang mengharapkan petunjuk mudah dalam seni mencintai. Sebaliknya, buku ini ingin memperlihatkan bahwa cinta bukanlah suatu perasaan yang dapat dengan mudah dinikmati siapa saja, terlepas dari tingkat kedewasaan yang telah dicapainya.” Entah kenapa setelah membaca tulisan itu saya tertarik untuk membelinya. Saya penasaran saya bakal se-kecewa apa setelah membacanya. :D
Buku ini diterjemahkan dari buku The Art of Loving tulisan Erich Fromm yang terbit di New York tahun 1956. Sekarang tahun 2025. Artinya buku ini sudah terbit 69 tahun yang lalu. Meskipun bisa dikatakan saat ini sudah beda jaman dengan saat pertama buku ini terbit, tetapi saya pikir isinya masih sangat relevan untuk diterapkan di jaman ini. Hal ini mungkin disebabkan karena “cinta” adalah tema yang tak lekang oleh jaman. Apalagi buku ini membahas “cinta” dipandang dari segi psikologi, bukan dari sisi praktisnya.
Memang benar apa yang dikatakan oleh Erich Fromm bahwa kita tak bisa mengharapkan petunjuk mudah mengenai cara “mencintai” dari buku ini. Membacanya serasa dibawa menjelajahi waktu, berkeliling dunia, bertemu dengan banyak orang, dan menyelam ke dalam jiwa yang terdalam sampai perlahan-lahan saya bisa mereka-reka sendiri bagaimana untuk menerapkan seni mencintai itu dalam hidup saya. “Mereka-reka” ya, belum paham benar. :D
Tetapi saya sangat menikmati membaca buku ini. Buku ini membuat saya sadar bahwa cinta itu memang perlu untuk dipelajari. Apalagi untuk pasangan dewasa yang hendak menikah. Menurut saya, buku ini sangat recommended untuk dibaca pasangan sebelum menikah agar memiliki referensi yang lebih baik di tengah badai angka perceraian yang tinggi saat ini. Melalui buku ini saya jadi lebih paham, bagaimana seni untuk mencintai pasangan dan anak tanpa mengabaikan diri sendiri. Dikatakan dalam buku ini bahwa “…kemampuan untuk sendiri adalah syarat mampu mencintai” dan “… cinta mensyaratkan tumbuhnya kerendahan hati, obyektivitas, dan nalar”. Di dalam buku ini dijabarkan jenis-jenis cinta berdasarkan objek yang dicintai, yaitu meliputi cinta persaudaraan, cinta keibuan, cinta erotis, cinta diri, dan cinta Tuhan.
Dalam bab “Cinta dan Kehancurannya dalam Masyarakat Barat Modern”, Fromm membukanya dengan pernyataan bahwa cinta persaudaraan, cinta keibuan, dan cinta erotis telah langka dan digantikan oleh “cinta semu” (pseudo-love) yang merupakan salah satu bentuk kehancuran cinta. Dia menjelaskan bagaimana kapitalisme telah menghancurkan cinta. Di bab ini, saya jadi paham bahwa pandangan Erich Fromm tentang cinta cukup bertentangan dengan pemikiran Freud yang menurutnya sangat dipengaruhi oleh materialisme.
Meskipun bab terakhir dalam buku ini berjudul “Penerapan Seni Mencintai” tetapi jangan harap kita akan diberi poin-poin praktis tentang cara menerapkannya. Di bab ini pun Fromm menjelaskan panjang lebar mengajak kita untuk berpikir, membangun pemikiran kita sendiri, dan merangkum sendiri tentang bagaimana cara terbaik untuk menerapkan seni mencintai ini dalam kehidupan.
Bagaimana, tertarik untuk membacanya? Klik link berikut untuk mendapatkan buku originalnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar