Kamis, 20 Oktober 2016

semoga...

Semoga mentari terbit esok hari membawa kehangatan bagi jiwa-jiwa yang kaku karena dinginnya angin malam yang menghamburkan kecemasan dan kegamangan.
Semoga bunga-bunga di taman bermekaran menggairahkan jiwa-jiwa yang terlalu takut untuk berkembang karena terhimpit oleh dinding-dinding keraguan diri dan kegelisahan yang seolah tak berujung.
Semoga untaian kata demi kata yang tergambar di qalbunya meneteskan embun kesejukan bagi jiwanya yang panas oleh penatnya hiruk pikuk dunia yang semakin memamerkan kepanikan, ketergesa-gesaan, keinginan-keinginan semu yang menjanjikan kepemilikan semu.
Semoga esok hujan turun membasahi jiwa yang terlalu gersang karena panasnya waktu yang selalu seakan habis dan tiada pernah cukup.

Senin, 26 September 2016

Diklat 9 hari di Solo

Tak terasa ini sudah hari ke-8 saya mengikuti Diklat Calon Instruktur Nasional Guru Pembelajar untuk mata pelajaran Matematika SMA di Surakarta, yang dilaksanakan mulai tanggal 19 Sepetember 2016, dan akan berakhir besok tanggal 27 September 2016. Ini adalah gelombang ke-5 diklat calon istruktur nasional guru pembelajar, yang konon kabarnya hampir saja akan ditiadakan.

Disini kami diberi pelatihan sebagai bekal kami untuk menjadi instruktur atau mentor atau istilah lainnya fasilitator dalam diklat guru pembelajar untuk meningkatkan kompetensi guru di daerah kami masing-masing nantinya. Mendapat penjelasan tentang apa itu Guru Pembelajar, Apa itu diklat moda tatap muka, daring, kombinasi. Kami juga mendapat tugas mengkaji modul untuk diklat guru pembelajar nantinya yang terdiri atas 10 modul, ada 10 kompetensi pedagogik dan 10 kompetensi profesional yang di bahas dalam modul-modul tersebut. 

Banyak hal yang saya peroleh dalam diklat ini. Bertemu dengan guru-guru matematika dari berbagai daerah yang pengalaman mengajarnya sudah sangat kaya membuat saya belajar banyak hal dari beliau-beliau. Di sini saya juga bertemu kembali dengan dosen-dosen saya dulu waktu kuliah yang kebetulan bertugas sebagai fasilitator di kelas diklat saya.

Ada banyak hal selain tentang guru pembelajar yang saya dapatkan dalam diklat ini, yang tentunya semakin menambah semangat saya untuk lebih baik lagi dalam mengajar matematika di kelas. Ide-ide tentang kegiatan pembelajaran matematika yang menyenangkan bermunculan begitu saja dalam benak saya ketika mengikuti diklat ini, membuat saya semakin rindu untuk segera kembali ke sekolah, memberikan pembelajaran matematika untuk siswa-siswa saya. Saya semakin menyadari bahwa ternyata saya masih begitu bodoh dan kurang sekali dalam hal inovasi pembelajaran matematika. Pengetahuan saya selama ini ternyata masih begitu dangkal, dan proses pembelajaran yang saya lakukan di kelas bisa dikatakan belum optimal, masih monoton, tidak ada variasi. Kegiatan pembelajaran yang saya lakukan di kelas masih terlalu kaku, hanya pemaparan materi, lalu siswa mengerjakan latihan soal, pembahasan hasil kerja, dan kuis. Begitu-begitu saja. Bisa dibayangkan pasti siswa akan bosan bila tidak ada inovasi lain. Saya sendiri sebagai gurunya juga bisa bosan.

Dalam diklat ini peserta diminta mengkaji modul-modul kompetensi guru matematika yang jumlahnya ada 10 buku. Ketika mengkaji modul tersebut secara tidak langsung saya jadi tahu kompetensi apa saja yang seharusnya dimiliki seorang guru. Juga mendapatkan ide-ide pembelajaran yang menarik yang bisa membuat siswa lebih semangat lagi dalam mempelajari matematika.

Akhirnya saya memperoleh kesimpulan bahwa sebagai manusia, apalagi memiliki profesi sebagai seorang guru, ia harus terus belajar, mengembangkan kemampuan dirinya menjadi lebih baik lagi. Ada 3 aspek yang perlu untuk terus dikembangkan, yaitu aspek kemampuan, sikap, dan keterampilan. Itulah tujuan program guru pembelajar, mungkin, untuk mendorong semangat guru untuk terus belajar, mengembangkan diri.

Rabu, 14 September 2016

guru

Semalam melihat acara Mata Najwa, yg isinya tentang belajar dari tokoh-tokoh sejarah bangsa. Salah satu tokoh yang dibahas adalah H.O.S. Tjokroaminoto, sebagai gurunya para pelopor perjuangan kemerdekaan bangsa. Ya, gurunya Soekarno, Semaoen, dll.

Tjokroaminoto adalah seorang guru yang bisa melahirkan tokoh-tokoh besar bangsa Indonesia. Beliau adalah guru yang tidak hanya mengajar, tapi mampu memotivasi, menginspirasi, dan menggerakkan anak didiknya untuk mencapai suatu tujuan pada masa itu yakni terbebasnya bangsa ini dari penjajahan bangsa lain.

Beliau selayaknya menjadi panutan bagi para guru pada masa ini, bagaimana agar bisa menggerakkan anak didiknya untuk melakukan kebaikan. Begitu kira-kira yang diungkapkan oleh bapak Anis Baswedan menanggapi kisah hidup Tjokroaminoto.

Lalu saya berpikir. Kala itu H.O.S.Tjokroaminoto mampu menginspirasi dan menggerakkan murid-muridnya untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa tentunya karena keinginan untuk memperjuangkan kemerdekaan itu juga sudah tertanam dalam diri beliau H.O.S.Tjokroaminoto. Sehingga beliau dengan segala upaya mampu menyampaikan semangat perjuangan itu kepada para muridnya. Jadi, beliau mampu menginspirasi karena beliau mempunyai suatu tujuan yang jelas, visi dan misi untuk diperjuangkan, yaitu kemerdekaan bangsa. Apakah masih bisa kita temukan lagi guru yang seperti beliau pada masa sekarang ini?

Guru. Pada masa sekarang ini jelas keadaan sudah jauh berbeda dengan pada masa penjajahan. Sesuatu yang diperjuangkan juga berbeda dengan jaman itu. Kalau dulu yg diperjuangkan para guru adalah mampu menggerakkan murid-muridnya untuk berjuang melawan penjajah, maka saat ini tidak demikian. Saya bertanya pada diri saya sendiri sebagai seorang guru, apakah saya selama ini sudah menginspirasi murid-murid saya untuk berbuat kebaikan? Apa yang sebenarnya saya perjuangkan? Apa visi dan misi saya dalam mendidik siswa?

sukses

Jaman sekarang masih saja ada orang-orang yang menebak isi buku hanya dari sekedar melihat sampulnya. Heran sebenarnya.
Seperti ketika melihat kehidupan orang lain yang menurutnya pas-pasan, begitu mudah orang membentuk opini bahwa orang itu tidak sukses. Pekerjaan gajinya pas pasan, rumah sederhana, mobil tak punya, motor cuma satu buat gantian seluruh anggota keluarga, orang begitu mudah membuat kesimpulan bahwa hidupnya tidak sukses.
Apa itu sukses? Apakah hanya ketika dia berlebih dalam hal materi atau punya pekerjaan bergengsi? Tiap orang punya indikatornya sendiri tentang kesuksesan. Sukses adalah ketika anda berhasil mencapai harapan anda. Harapan tiap orang berbeda-beda.
Jadi anda tidak bisa berpikir bahwa seseorang itu sukses atau tidak hanya dengan melihat penampilan dan apa yang dia punyai, karena anda tidak tahu apa yang sebenarnya dia harapkan. Mungkin anda berpikir bahwa dia tidak sukses. Tapi bagaimana jika memang kehidupan seperti itu yang dia inginkan? Jika dia menjalaninya dengan bahagia, bahkan lebih bahagia daripada anda yang mungkin bergelimang materi, bukankah seharusnya anda bertanya pada diri anda sendiri, sudah sukseskah anda? sudah bahagiakah anda?

Senin, 16 Mei 2016

mensyukuri kehidupan

Aku sadar, aku hidup di era media sosial. Ketika seseorang memiliki akun media sosial, hampir segala hal yang terjadi dalam kehidupannya dia share (bagikan) di akun medsosnya itu. Bisa berupa foto, berupa status, video, atau bentuk lainnya.
Serasa begitu mudah untuk mengetahui seluk beluk kehidupan seseorang. Cukup dengan memperhatikan postingannya di akun medsosnya kita bisa mengetahui kegiatan-kegiatannya sehari-hari dan suka duka yang dia alami. Wow. Tapi tentu saja tidak semua orang seperti itu. Ada juga yang memfilter apa-apa yang akan dia bagikan di akunnya. Ada yang memposting hanya hal-hal yang terlihat membahagiakan dan menyembunyikan kesusahannya. Tapi ada juga yang memposting hanya ketika sedang galau. Termasuk yang manakah anda?
Memang serasa begitu mudah untuk mengetahui kehidupan seseorang melalui akun medsosnya. Tapi sejatinya tidak seperti itu. Ada ungkapan 'rumput tetangga selalu nampak lebih hijau'. Begitulah. Kenyataannya tidak semua orang memposting seluruh proses kegiatannya sehari-hari. Ketika ada seseorang memposting pencapaiannya misalnya, yang kita lihat adalah : betapa mudah dan nyamannya kehidupannya. Ada yang kita lewatkan, bahwa pencapaiannya itu butuh suatu proses panjang, yang pergumulan prosesnya tidak ia bagikan di akunnya. Ya, proses. Tidak ada pencapaian yg instan. Alih-alih iri dengan pencapaian teman medsos kita, syukuri dan jalanilah proses kita masing-masing. Proses yg ada berbagai suka dan duka, mungkin penuh peluh dan ada air mata, jika kita gigih dan inovatif menjalaninya, proses iti yg akan mengantarkan kita pada pencapaian-pencapaian yg membaikkan kehidupan kita.