Sabtu, 17 Agustus 2024

sekelumit kisah mengais validasi

Gimana ya? Bingung mau mulai darimana. Mungkin dari sini kali ya. Sekarang media sosial itu sudah sangat bermacam ragamnya ya ternyata. Beberapa yang terkenal di antaranya adalah Facebook yang bisa dibilang multitalenta, semua bisa dan semua ada. Ada Instagram, yang lebih menonjolkan segi visual. Ada WhatsApp dan Telegram yang spesialisasinya di bidang obrolan. Ada X dan Threads yang ciri khas postingannya mayoritas berbentuk opini tertulis. Selain itu masih banyak media sosial lain yang tidak dapat kusebutkan satu persatu.
Media sosial sudah menjadi salah satu sarana yang lumrah digunakan oleh khalayak untuk berinteraksi sosial dengan sesama pengguna media tersebut. Bahkan, seolah sudah menjadi kebutuhan pokok manusia selama lebih dari 1 dekade ini. Beraneka ragam media sosial itu sebagaimana beragamnya cara manusia dalam mengekspresikan dirinya.

Serasa sudah tidak ada batas bagi kebebasan manusia untuk berekspresi. Pernah timbul banyak masalah hukum karena hal ini. Hadirlah UU ITE yang cukup membantu masyarakat Indonesia membatasi dirinya sendiri dalam mengekspresikan gagasan atau membagikan informasi di media elektronik terutama media sosial. Kita pun mengusahakan postingan kita tidak menimbulkan kerugian bagi diri kita dan orang lain, baik secara material maupun spiritual. Secara perlahan manusia belajar beretika dalam bermedia sosial. Meski sampai detik ini, permasalahan yang timbul darinya masih sangat beragam, tapi setidaknya kita mau berusaha membatasi diri kita, bermedia dengan mengindahkan  etika.

Apa sebenarnya yang mau aku omongin? Kenapa jadi muter-muter seperti ini. 😂 Bingung sendiri jadinya. Mohon maaf.

Baiklah. Manusia adalah makhluk sosial. Interaksi sosial sudah menjadi kebutuhan dasar yang tidak dapat ia hindari sepenuhnya. Mau tidak mau, manusia akan tetap berinteraksi dengan orang lain. Saya belum pernah mendengar ada orang yang bisa hidup sendirian, hanya dengan dirinya sendiri, sejak lahir sampai dewasa dan meninggal. Sepertinya tidak mungkin. Bahkan yang melahirkannya juga seorang ibu kan? Bukan lahir dari dirinya sendiri. Adanya interaksi sosial ini memunculkan berbagai kebutuhan lain, salah satunya adalah validasi sosial. 

Apa itu validasi sosial? Semacam pengakuan dari orang lain tentang sesuatu pada diri kita bahwa hal itu memang benar dan layak terjadi pada diri kita. Sesuatu itu bisa berupa pemikiran, perasaan, tindakan, pencapaian, dan lain sebagainya. Tidak bisa dipungkiri, sesekali manusia membutuhkan validasi sosial. Para pengembang media sosial benar-benar paham mengenai kebutuhan ini, dan meraup banyak keuntungan darinya.

Berdasarkan kebutuhan akan validasi sosial ini, mungkin hidup manusia di dunia ini bisa kita golongkan ke dalam 4 fase, yaitu:
1. Fase belum butuh validasi sosial.
2. Fase haus validasi sosial.
3. Fase sesekali butuh validasi sosial.
4. Fase udah nggak butuh validasi sosial.

Saya pikir sepertinya tiap manusia pasti melewati fase-fase itu. Kita nggak bisa memakai patokan umur untuk mendefinisikan batasan fase-fase ini. Bisa jadi ada yang baru umur 20 tapi sudah di fase nggak butuh validasi lagi. Bisa jadi sudah umur 40an tapi masih di fase haus validasi. Tiap manusia memiliki fasenya masing-masing, dan ini bukan tentang umur.

Fase belum butuh validasi biasanya dialami manusia ketika dia sedang berada di proses berjuang meraih suatu pencapaian. Fase haus validasi biasanya dialami ketika dia baru saja berhasil meraih suatu pencapaian. Semakin lama dia berada di posisinya dan makin banyak pencapaian yang dia raih, makin berkurang kebutuhan validasi sosialnya, hingga akhirnya dia akan sampai di tahap nggak butuh validasi lagi.

Ada masanya kita akan haus validasi. Ada masanya kita akan nggak butuh validasi lagi. Tapi nggak semua manusia berhasil mencapai tahap itu. Mungkin ada yang sampai menjelang akhir hidupnya pun masih berusaha mengais validasi. 



Kamis, 01 Agustus 2024

Minggu Pertama di Kelas X SMA, Matematika Fase E Kurikulum Nasional

Baiklah, sekarang saya akan berbagi sedikit cerita tentang pengalaman saya mengajar di kelas X pada minggu pertama setelah MPLS. 

Berdasarkan Capaian Pembelajaran Matematika SMA Fase E yang ditetapkan Kemendikbud, serta hasil musyawarah guru mata pelajaran di sekolah, dapat saya simpulkan keseluruhan topik yang akan dipelajari di kelas X ini dalam satu tahun adalah sebagai berikut.

  1. Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel (SPLTV)
  2. Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel (SPtLDV)
  3. Persamaan dan Fungsi Kuadrat
  4. Eksponen, Logaritma, dan Bentuk Akar
  5. Trigonometri Dasar
  6. Barisan dan Deret
  7. Statistika Dasar
  8. Peluang
Cukup banyak materinya. Apalagi kelas X ini ada kegiatan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) sebanyak tiga tema, dimana tiap temanya bisa memakan waktu sedikitnya dua minggu. Saya agak pesimis sebenarnya, apakah bisa menyelesaikan semua topik itu dalam satu tahun. 

Topik pertama yang akan saya sampaikan adalah SPLTV. Saya memilih materi ini dengan asumsi bahwa anak-anak sudah pernah belajar Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) saat di SMP sehingga saya tinggal menambah variabelnya saja. Mungkin tidak akan terasa sulit.

Pada pertemuan pertama, kegiatan pembelajaran saya awali dengan perkenalan, kemudian menyepakati keyakinan kelas. Setelah itu saya menyampaikan apa saja topik-topik yang akan dipelajari dalam satu tahun dan targetnya tiap semester. Sebelum memasuki materi SPLTV, saya mengingatkan siswa mengenai SPLDV, dan melakukan tes diagnostik. Dan saya mendapati bahwa sebagian siswa belum lancar dalam beberapa hal yang menjadi prasyarat dalam topik SPLTV ini, yaitu meliputi:
  1. Operasi aljabar bilangan bulat (penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan  pembagian yang melibatkan bilangan bulat positif dan negatif)
  2. Operasi aljabar pada bentuk aljabar
  3. Persamaan linear satu variabel
  4. Sistem persamaan linear dua variabel
Mau tidak mau saya harus melatih keempat kemampuan itu dulu sebelum masuk ke SPLTV. Sehingga dalam pertemuan kedua, saya memberi anak-anak kelas X latihan soal untuk mengasah kemampuan keempat hal tadi. Meski mengulang materi SD dan SMP, saya amati anak-anak tidak merasa tersinggung dengan soal latihan yang saya berikan tersebut. Mereka tampak antusias mengerjakan soal latihan itu, dan ini merupakan langkah awal yang baik menurut saya, menunjukkan bahwa anak-anak punya keinginan untuk bisa.

Itu saja yang bisa saya bagikan kali ini. Wish me luck ya.