Rabu, 24 Juli 2024

Menyajikan Aturan Sinus (Refleksi Mengajar Hari Pertama di Tahun Ajaran Baru)

Baiklah, di sini saya cuma ingin bercerita saja, bagaimana pengalaman saya dalam memfasilitasi kegiatan pembelajaran di kelas saya pada pertemuan pertama mata pelajaran Matematika Tingkat Lanjut Fase F kelas XI. Sekolah kami mengacu pada Kurikulum Nasional.

Mata Pelajaran Matematika Tingkat Lanjut Fase F kelas XI di kelasku kuawali dengan materi Aturan Sinus. Karena pertama kali bertemu, maka kegiatan pembelajaran dimulai dengan perkenalan dan menyepakati keyakinan kelas. Setelah dirasa cukup, saya menjelaskan materi apa saja yang akan murid-murid saya pelajari di mata pelajaran Matematika Tingkat Lanjut kelas XI ini selama setahun dan target per semesternya.

Sebelum masuk ke materi, saya memfasilitasi murid untuk mengingat kembali materi Trigonometri yang sudah mereka pelajari di kelas X. Saya mengingatkan seperlunya saja, yaitu meliputi:

  1. Perbandingan Trigonometri pada segitiga siku-siku.
  2. Nilai perbandingan Trigonometri sudut-sudut istimewa
  3. Relasi sudut untuk menentukan nilai perbandingan trigonometri di berbagai kuadran.
  4. Contoh soal terapan pada segitiga siku-siku.
Murid-murid menuliskan di buku catatannya apa-apa saja poin penting dari kegiatan mengingat kembali tersebut.

Sebagai guru saya berusaha memfasilitasi dengan sebaik yang saya bisa agar murid-murid saya bisa memahami materi yang dipelajarinya. Saya mencoba mengaitkan materi Aturan Sinus ini dengan pemahaman yang sudah mereka miliki di kelas X.
Awalnya murid-murid saya beri soal sederhana seperti ini:



Mereka kemudian berusaha menyelesaikannya dengan menggunakan perbandingan trigonometri yang sudah mereka ketahui di kelas X. Penyelesaiannya seperti ini:


Kemudian, untuk menghubungkannya dengan Aturan Sinus, saya memberi soal yang setingkat lebih tinggi sebagai pengantar ke Aturan Sinus seperti ini.


Saya meminta para murid untuk menyelesaikannya menggunakan cara yang sudah mereka ketahui di kelas X, yaitu dengan membuat garis bantu. Dan soal tersebut dapat diselesaikan dengan dua langkah seperti ini.


Saya kemudian menyampaikan kepada para murid, bahwa soal tersebut dapat diselesaikan dengan satu langkah saja. Para murid tampak antusias bertanya-tanya cara apa yang dapat digunakan untuk menyelesaikan soal tersebut dalam satu langkah. Saya pun menyampaikan bahwa cara yang bisa dipakai adalah Aturan Sinus. Mereka nampak penasaran, seperti apa itu Aturan Sinus. Kemudian saya memfasilitasi mereka untuk menemukan rumus Aturan Sinus tersebut. 
Saya menggunakan cara seperti ini:


Sehingga, dengan menggunakan rumus ini, siswa dapat menyelesaikan soal tadi dalam satu langkah, yaitu:

Setelah itu, saya meminta para murid untuk mencoba membuktikan bagian lainnya dari aturan sinus, yaitu:

 dan 

Sehingga berdasarkan rumus-rumus yang mereka temukan tersebut dapat disimpulkan rumus secara umum, sebagai berikut.

Untuk sebarang segitiga ABC, dimana panjang AB = c,  panjang AC = b, dan panjang BC = a, berlaku rumus sebagai berikut:

Rumus tersebut disebut sebagai Aturan Sinus.

Karena waktu telah habis, maka kegiatan latihan soal saya berikan pada pertemuan berikutnya. Saya berusaha tidak memberi pekerjaan yang harus dikerjakan di rumah karena para murid pulangnya saja sudah sore, jam 15.30. Waktu di rumah harapannya dapat digunakan untuk berisirahat dan berinteraksi dengan keluarga.
Demikianlah pembelajaran saya pada pertemuan pertama, yang saya rasa diikuti siswa dengan cukup antusias. Kekurangan yang saya rasakan pada pertemuan ini adalah, banyak siswa yang ijin tidak mengikuti pembelajaran karena menjadi panitia MPLS. Sehingga saya kemungkinan harus memberi tambahan penjelasan untuk siswa yang tidak mengikuti pembelajaran ini.

Mungkin ada yang bertanya, kenapa baru pertemuan pertama langsung masuk materi. Salah satu alasan saya adalah karena banyaknya materi yang harus saya sampaikan dan waktu yang terbatas. Sehingga saya berusaha memanfaatkan waktu belajar di kelas seefektif mungkin agar target materi semester ini dapat tercapai. 

Wish me luck ya.

Kamis, 18 Juli 2024

Kahlil Gibran: Sayap-Sayap Patah (Book Review)





Judul Buku : Sayap-Sayap Patah

Penulis : Kahlil Gibran

Penerjemah : Sapardi Djoko Damono

Penerbit : Bentang Pustaka, 2021 (Cetakan ke-4, 2022)

Ketebalan : 127 halaman


Ketika mengetahui siapa pengarang dan penerjemahnya, rasanya langsung tertarik untuk membeli buku ini. Siapa yang belum pernah mendengar nama Kahlil Gibran, dan Sapardi Djoko Damono. Dua-duanya adalah sastrawan yang namanya sudah tidak asing di telinga para penikmat sastra. 

Sayap-Sayap Patah ini adalah terjemahan dari buku dengan judul The Broken Wings karya Kahlil Gibran terbitan Bantam Book, New York, pada tahun 1968. Buku ini aslinya ditulis dalam bahasa Arab dengan judul Al-Ajnihah al-mutakassirah, dan terbit pertama kali pada tahun 1922, serta termasuk salah satu karya Kahlil Gibran yang best seller.

Buku ini mengisahkan cerita cinta antara dua orang insan yang mana takdir tidak mengijinkan mereka untuk bersama. Ditulis dengan sudut pandang penulis pertama yang adalah tokoh pria dalam kisah cinta itu. Dalam cerita Romeo-Juliet, kedua tokoh utamanya meninggal. Sementara dalam Sayap-Sayap Patah ini, tokoh pria tidak meninggal. Dan buku ini adalah penjabaran cerita dari sudut pandang pria tersebut. 

Di bagian awal ceritanya penulis menuliskan sebagai berikut.

Oh, sahabat-sahabat masa mudaku yang tersebar di Kota Beirut, jika kalian melewati makam di dekat hutan pinus, masuklah tanpa bersuara dan berjalanlah perlahan sehingga langkah kalian tidak akan mengganggu tidur orang mati, dan berhentilah dengan rendah hati di pusara Selma dan sapulah tanah yang menutupi jasadnya dan sebut namaku dalam tarikan napas yang dalam dan katakan kepada diri kalian sendiri, "Di sini, semua harapan Gibran, yang hidup sebagai tawanan cinta melampaui lautan, dikuburkan. 

Tepat di sini laki-laki itu kehilangan kebahagiaan, mengering air matanya, dan tak ingat lagi pada senyumnya."

Dari kutipan tersebut terlihat bahwa nama tokoh pria dalam kisah tersebut adalah Gibran, yaitu nama penulis sendiri. Pembaca mungkin berasumsi bahwa Sayap-Sayap Patah ini adalah sepenggal kisah hidup Kahlil Gibran. Saya pun berasumsi demikian. Tapi dalam buku tersebut tak ada yang menjelaskan bahwa ini adalah kisah pribadi penulis.

Saya butuh waktu cukup lama membaca buku yang hanya setebal 127 halaman dengan ukuran kertas A6 ini. Salah satunya mungkin karena Kahlil Gibran menggunakan gaya bercerita yang metaforis. Gibran menggunakan banyak perumpamaan dalam buku ini, yang mungkin bagi sebagian pembaca abad ke-21 seperti saya, akan menimbulkan kesan 'mendayu-dayu'. 

Terlepas dari kesederhanaan tema cinta yang diangkat dalam cerita ini, sebenarnya di dalamnya terdapat konflik yang kompleks. Diceritakan bahwa Selma adalah anak seorang yang terpandang dan dijodohkan dengan keponakan seorang Uskup. Meskipun Selma hanya mencintai Gibran namun ia tetap menerima perjodohan tersebut. Dalam pengantar penerjemah, Sapardi mengungkapkan,

Cinta adalah tema utama dalam kisah ini, tetapi Gibran juga menyelipkan berbagai masalah yang berkaitan dengan nasib perempuan, penindasan, ketidakadilan, dan korupsi yang terjadi di Lebanon. Dan, dalam kisah ini semua itu bersumber pada penguasa agama, yakni Uskup.

Gibran juga mengisahkan dengan panjang lebar mengenai hubungan yang tetap dijalinnya dengan Selma setelah pernikahan Selma. Hubungan ini bisa dikategorikan sebagai hubungan gelap karena Selma sudah memiliki suami. Hal ini mungkin bertentangan dengan norma yang dipegang masyarakat mengenai hubungan antara pria dan wanita. Tetapi pembaca mungkin akan memiliki opininya masing-masing mengenai kelayakan hubungan ini berdasarkan alasan yang ada.

Bagi saya, Sayap-Sayap Patah ini merupakan sebuah kisah cinta yang mengiris hati. Ada beberapa bagian yang membuat saya menitikkan air mata, dan membuka mata saya mengenai rumitnya kehidupan Selma, yang mungkin mewakili kehidupan wanita pada jamannya. Harus menjalani hidup bersama pria yang tidak dicintainya saja sudah membuatnya sangat menderita. Masih ditambah harus kehilangan ayahnya, bayinya, dan juga nyawanya sendiri. Dan Gibran, tokoh "aku" yang mencintai Selma dalam cerita itu harus menyaksikan semua itu tanpa daya untuk berbuat apa pun.

Gibran mengisahkan cerita ini dengan apik dan mampu membuat pembaca mengerti ketulusan cinta antara Gibran dan Selma.




Selasa, 02 Juli 2024

Membaca Buku Le Petit Prince Untuk Ke-4 Kalinya (semacam resensi buku)

Ada yang pernah seperti ini? Membaca sebuah buku berulang kali tanpa rasa bosan?

Saya bertemu buku ini untuk pertama kalinya dulu saat masih duduk di bangku sekolah dasar. Kelas berapa ya, saya tidak ingat. Waktu itu saya meminjamnya di perpustakaan sekolah. Yang terkesan dari buku itu saat pertama membaca dulu adalah "Penulis yang terdampar di gurun Sahara bertemu seorang bocah yang disebutnya Pangeran Kecil. Pangeran Kecil datang dari planet lain, menempuh perjalanan dari planet ke planet dan bertemu banyak orang, hingga tiba di Bumi". Judul bukunya saat pertama saya baca dulu adalah "The Little Prince : Pangeran Kecil" terbitan Pustaka Jaya. Dilengkapi dengan ilustrasi yang digambar oleh pengarangnya sendiri, membuat buku ini menarik buat anak SD seperti saya waktu itu.

Yang kedua kalinya, saya membacanya ketika saya masih kuliah, sekitar tahun 2009 karena saya tidak sengaja menemukan buku itu di perpustakaan kampus. Waktu itu saya heran, bagaimana buku cerita anak ini bisa berada di perpustakaannya orang dewasa. Hendak bernostalgia dengan masa kecil saya pun membaca buku itu lagi. Dan setelah membacanya untuk yang kedua kalinya itu, saya pun paham bahwa buku ini sebenarnya lebih cocok dibaca orang dewasa daripada anak-anak. Buku ini lebih condong ke arah buku filosofis, yang menggunakan bahasa perumpamaan untuk menggambarkan kehidupan. Saat itu saya mulai memperhatikan, siapa pengarangnya, yang ternyata bernama Antoine de Saint Exupery, yang berprofesi sebagai seorang pilot. Dan dalam buku ini penulis menceritakan kisahnya saat pesawatnya mendarat darurat di gurun Sahara karena ada masalah dengan mesinnya. Buku ini ternyata terjemahan dari bahasa Perancis dengan judul Le Petit Prince.

Tahun 2023 kemarin saya menemukan buku ini ada di rak sebuah toko buku online. Judulnya sudah berbeda dari yang pertama saya baca dulu, tetapi gambar covernya sama. Memakai judul bahasa Perancis dan terjemahan yang agak berbeda, "Le Petit Prince: Pangeran Cilik".  Dan karena merasa mempunyai kenangan baik dengan buku ini, saya pun ingin memilikinya. Terbelilah buku itu dan saya pun membacanya untuk yang ketiga kalinya. Saat itu, saya memahami buku ini dengan cara yang berbeda pula dari saat saya masih kuliah dulu. Saya terkesan dengan bagaimana Pangeran Cilik rutin mencabuti tunas pohon baobab di planetnya. Karena jika sampai lalai, pohon baobab ini bisa menghancurkan planetnya yang hanya sebesar rumah. 

Yang keempat kalinya, saya membaca buku ini di bulan Juli 2024. Karena menggunakan gaya bercerita yang penuh perumpamaan, mungkin tiap orang bisa memiliki interpretasinya masing-masing mengenai isi ceritanya. Dikisahkan bahwa Pangeran Cilik meninggalkan planetnya karena tidak tahan atau merasa tersiksa dengan sikap sekuntum mawar. Pangeran Cilik menempuh perjalanan melalui berbagai planet, bertemu dengan penghuni planet yang memiliki keanehan masing-masing, hingga akhirnya tiba di Bumi. Saat di Bumi inilah dia memperolah banyak pelajaran dari penduduk-penduduk Bumi yang ia temui. Dan ia merasa menyesal telah meninggalkan mawarnya sendirian. Setelah setahun berkelana, akhirnya dia bisa menemukan jalan kembali lagi ke planetnya.

Kesan saya saat membaca buku ini untuk keempat kalinya adalah, Pangeran Cilik ini merupakan sebuah kisah cinta. Saya suka detail cerita bagaimana Pangeran Cilik bertemu untuk pertama kalinya dengan sekuntum bunga dengan kelopak yang tidak tunggal dan ada empat duri kecil di tangkainya, dan bagaimana bunga itu begitu angkuh minta dilayani ini itu oleh Pangeran Cilik hingga membuat Pangeran Cilik merasa lelah. Diceritakan pula bahwa bunga ini banyak bicara, bahkan tanpa ditanya pun bunga akan bercerita banyak hal. 

Sebagai pembaca, awalnya saya kurang paham mengapa Pangeran Cilik memutuskan meninggalkan planetnya dan menempuh perjalanan panjang dari planet ke planet. Hingga ketika saya membacanya untuk yang keempat kalinya kemarin, ternyata hal ini dijelaskan dalam percakapan antara Pangeran Cilik dengan seekor ular ketika ia tiba di Bumi. Ular bertanya, kenapa ia meninggalkan planetnya, dan Pangeran Cilik menjawab bahwa ia memiliki masalah dengan sekuntum bunga.

Pangeran Cilik bertemu banyak bunga mawar di Bumi, akan tetapi tidak satupun yang ia rasa serupa dengan mawarnya di planetnya. Dan ia memperoleh pelajaran dari seekor rubah bahwa "waktu yang telah kamu habiskan bersama mawarmulah yang membuatnya begitu penting". Ini menceritakan tentang bagaimana kemelekatan emosional terbentuk. 

Part tersedih adalah ketika penulis harus berpisah dengan Pangeran Cilik, ketika ia kembali ke planetnya. Bagaimana kemelekatan emosional yang telah terjalin antara penulis dan Pangeran Cilik, membuatnya begitu sedih ketika ditinggal pergi. Dan hal ini pun saya rasakan sebagai pembaca, merasa sedih ketika Pangeran Cilik pergi.

Belakangan saya tahu bahwa buku Le Petit Prince ini telah diterjemahkan ke lebih dari 230 bahasa. Menarik sekali bagaimana buku dengan isi yang sebenarnya berat ini disajikan dengan sudut pandang seorang anak kecil yang polos. Banyak yang menganggap bahwa Pangeran Cilik ini menceritakan kisah hidup penulisnya. Dan ada part sedih ketika membaca biografi penulisnya, yang ternyata dinyatakan menghilang dalam Perang Dunia II tahun 1944, setahun setelah buku ini diterbitkan di tahun 1943. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari buku ini, membuatnya sangat layak dimiliki para pecinta buku dan sastra.

Judul Buku : Le Petit Prince (Pangeran Cilik)
Penulis : Antoine de Saint-Exupery
Penerjemah : Henri Chambert-Loir
Penerbit : Gramedia, 2011
Cetakan ke-29 : Juni 2023
Jumlah halaman : 120 halaman